Definisi al
quran hadis dan kedudukannya dalam
bidang ilmu
keislaman
Al-Qur’an adalah sumber utama ajaran Islam. Di dalam Al-Qur’an
terdapat banyak sekali pelajaran yang dapat diambil. Al-Qur’an diturunkan
secara berangsur-angsur melalui perantara malaikat Jibril. Keistimewaan
Al-Qur’an dibandingkan dengan kitab-kitab suci yang lain ialah kemurnian atau
keaslian Al-Qur’an dijaga langsung oleh Allah, agar tidak ada satupun ayat-Nya
yang berubah. Sebagaimana ditgaskan dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman :
“Sesungguhnya Kami-lah yang
menurunkan Al-Qur’an, dan Kami pula-lah yang menjaganya”
Dari Al-Qur’an pula ilmu-ilmu
pengetahuan berkembang, baik ilmu pengetahuan umum maupun ilmu pengetahuan
agama. Sedangkan Hadis adalah sumber hukum kedua setelah Al-Qur’an. Fungsi
hadis itu sendiri ialah sebagai penjelas apa yang ada dalam al-Qur’an. Jadi,
kedudukan Hadis dalam bidang studi keislaman ialah menjelaskan secara
terperinci apa yang ada di dalam al-Qur’an. Merupakan fungsi hadis lainnya
ialah sebaga bukti atas ke-Rasulan Nabi Muhammad SAW .Pada makalah ini kami
tidak menjelaskan kedudukan hadis dalam studi keIslaman, karena sudah sama-sama
diketahui bahwa fungsi hadis itu sendiri ialah menjelaskan secara lebih
terperinci dari ayat-ayat al-Qur’an.
A.
Pengertian
Al-Qur’an
Qara’a memiliki arti mengumpulkan
dan menghimpun. Qira’ah berarti merangkai huruf-huruf dan kata-kata satu dengan
yang lainnya dalam satu ungkapan kata yang teratur. Al-Qur’an asalnya sama
dengan Qira’ah, yaitu akar kata (masdar-infinitif) dari Qara’a, Qira’atan,
waqur’anan. Allah menjelaskan,
إِنَّ
عَلَيْنَا جَمْعَهُ وَقُرْءَانَهُ (17) فَإِذَا قَرَأْ نَهُ فَتَّبِعْ قُرْءَا
نَهُ(18)
“Sesungguhnya Kami-lah yang bertanggung jawab mengumpulkan
(dalam dadamu) dan membacakannya (pada lidahmu). Maka apabila Kami telah
menyempurnakan bacaannya (kepadamu, dengan perantaraan jibril), maka bacalah
menurut bacaannya itu.” (Al-Qiyamah:
17-18)
Qur’anah disini berarti qira’ah(
bacaan atau cara membacanya). Jadi kata itu adalah akar kata (masdar) menurut
wazan (tasrif) dari kata fu’lan seperti “ghufran” dan “syukron”. Al-Qur’an
adalah kitab yang berisi firman Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad
dalam bahasa Arab dan sampai kepada kita melalui periwayatan yang tidak
terputus atau tawattur.
Secara khusus, Al-Qur’an menjadi
nama bagi sebuah kitab yang diturunkan kepada Muhammad SAW. Maka jadilah ia
sebagai sebuah identitas diri. Dan sebutan Al-Qur’an tidak terbatas pada sebuah
kitab dengan seluruh kandungannya, tapi juga bagian daripada ayat-ayatnya juga dinisbahkan
kepadanya. Maka jika mendengar satu ayat Al-Qur’an dibaca misalnya, maka
dibenarkan mengatakan bahwa si pembaca itu membaca Al-Qur’an.
“Dan apabila Al-Qur’an itu
dibacakan, maka dengarlah bacaannya dan diamlah, supaya kamu mendapat rahmat.”(Al-A’raf: 204)
Al-Qur’an sebagai pedoman hidup umat
islam memiliki banyak fungsi antara lain, sebagai bukti atas kerasulan Muhammad
SAW, Sebagai pedoman hidup manusia untuk membedakan yang hak dan yang batil
(Al-Furqan). Dapat menjadi peringatan (Al-Dzikr) manakala manusia lalai dalam
menjalankan syariat yang dititahkan Tuhan, dapat menjadi pemberi keterangan
penjelasan (bayyin) ketika manusia mengalami kebuntuan dalam menghadapi segala
persoalan yang dihadapi, dan sebgai petunjuk dalam persoalan-persoalan akidah,
syariat, dan akhlak.
Al-Qur’an adalah risalah Allah untuk
seluruh umat manusia. Banyak dalil-dalil yang secara mutawatir diriwayatkan
berkaitan dengan masalah ini, baik dari al-Qur’an maupun dari hadis, di
antaranya,
“Katakanlah (hai Muhammad); Hai
sekalian manusia! Sesungguhnya Aku adalah pesuruh Allah kepada kamu semua,
(diutus oleh Allah) yang menguasai langit dan bumi, tiada Tuhan (yang berhak
disembah) melainkan Dia yang menghidupkan dan mematikan. Oleh sebab itu,
berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi yang ummi yang beriman kepada
Allah dan kalmat-kalimatNya (kitab-kitabNya); ikutilah dia, supaya kamu
mendapat hidayah.”(Al-A’raf: 158)
B.
Pengertian Hadis
Hadis atau
al-hadits menurut bahasa al-jadid yang artinya sesuatu yang baru – lawan dari
al-Qadim (lama) – artinya yang berarti menunjukkan kepada waktu yang dekat atau
waktu yang singkat seperti (orang yang baru masuk/memeluk agama islam). Hadis
juga sering disebut dengan al-khabar yang berarti berita, yaitu sesuatu yang
dipercakapkan dan dipindahkan dari seseorang kepada orang lain, sama maknanya
dengan hadis. Hadis dengan pengertian khabar sebagaimana tersebut diatas dapat
di lihat pada beberapa ayat al-qur’an, seperti QS. Al-Thur (52) : 34, QS.
Al-Kahfi (18) : 6, dan QS. Al-Dhuha (93) : 11. Demikian pula dapat dilihat pada
hadis berikut
يُو
شِكُ أَحَدُكُمْ أَنْ يَقُولَ هَذَا كِتَابُ أللَّهِ مَا وَجَدْنَا فِيْهِ مِنْ
حَلاَلٍ اسْتَحْلَلْنَاهُ وَمَا وَجَدْنَا فِيْهِ مِنْ حَرَامٍ حَرَّمْنَاهُ أَلاَ
مَنْ بَلَغَهُ عَنِّي حَدِيْثٌ فَكَذَبَ بِهِ فَقَدْ كَذَبَ بِهِ ثَلاَثَةً,
اللَّهُ وَ رَسُوْلَهُ وَالَّذِي حَدَثَ بِهِ
“Hampir-hampir ada seseorang diantara kamu yang akan mengatakan
“ini kitab Allah” apa yang halal didalamnya kami halalkan dan apa yang
diharamkan didalamnya kami haramkan. Ketahuilah barang siapa yang sampai
kepadanya suatu hadis dariku kemudian dia mendustakannya, berati ia telah
mendustakan tiga pihak, yakni Allah, Rasul, dan orang yang menyampaikan hadis
tersebut”.
Secara umum fungsi Hadis adalah
untuk menjelaskan makna kandungan Al-Qur’an yang sangat dalam dan global atau li
al-bayan (menjelaskan). Hanya penjelasan itu kemudian oleh para ulama
diperinci ke berbagai bentuk penjelasan. Secara garis besar ada empat makna
fungsi penjelasan (bayan) Hadis terhadap Al-Qur’an, yaitu sebagai
berikut:
a.
Posisi hadis memperkuat keterangan al-Qur’an (ta’kid).
b.
Hadis sebagai
penjelas (bayan) terhadap Al-Qur’an. Penjelasan yang diberikan ada tiga
macam, yaitu sebagai berikut:
1.
Memberi
penjelasan secara terperinci pada ayat-ayat al-Qur’an yang bersifat global (tafsil
al-mujmal)
2.
Hadis
mengkhususkan ayat-ayat al-Qur’an yang umum (takhshish al-‘amm)
3.
Membatasi
kemut’lakan ayat al-Qur’an (taqyid al-muthlaq)
c.
Hadis mencabang
dari pokok dalam al-Qur’an (tafri’ ‘ala al-ashl)
d.
Menciptakan
hukum syari’at (tasyri’) yang belum dijelaskan oleh al-Qur’an, disebut bayan
tasyri’
1.
Bentuk-bentuk
Hadis
a.
Hadis Qauli :
segala yang disandarkan kepada Nabi SAW yang berupa perkataan atau ucapan yang
memuat berbagai maksud syara’, peristiwa, dan keadaan, baik yang berkaitan
dengan akidah, syari’ah, akhlak, maupun yang lainnya.
b.
Hadis Fi’li :
segala yang disandarkan kepada Nabi SAW berupa perbuatannya yang sampai kepada
kita.
c.
Hadis Taqriri :
segala hadis yang berupa ketetapan Nabi SAW terhadap apa yang datang dari
sahabatnya.
d.
Hadis Hammi :
hadis yang berupa hasrat Nabi SAW yang belum terealsasikan, seperti halnya
hasrat berpuasa tanggal 9 ‘Asyura.
e. Hadis
Ahwali : hadis yang berpa hal ihwal Nabi SAW yang menyangkut keadaan fisik,
sifat-sifat dan kepribadiannya.
No comments:
Post a Comment