”Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang Rasul dari
kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan
mengajarkan kepada mereka Al Kitab (Al Qur’an) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta
mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.” (QS : Al Baqarah [2] : 129).
Makna dari ayat ini mereka yang bertilawah Al
Qur’an secara benar adalah dengan ittiba’/mengikutinya. Ibnul Qoyyim
Rohimahullahmengatakan setelah memaparkan tilawah ada dua yakni tilawah
lafdziyah dan tilawah makna,“Intinya
tilawah yang hakiki adalah tilawah/membaca makna dari ayat-ayat Allah,
ittiba’/mengikutinya, membenarkan semua beritanya, melaksanakan perintahnya,
menjauhi larangannya, mematuhinya seluruh tuntunannya”.
Kemudian Beliau Rohimahullahmengatakan
,“Tilawah makna kedudukannya lebih mulia dari pada sekedar tilawah lafdziyah
dan orang yang mengerjakannya adalah orang yang dikatakan sebagai ahli Al
Qur’an yang teruntuk bagi mereka pujian di dunia dan akhirat.Sesungguhnya
mereka itulah yang dikatakan sebagai ahli tilawah dan ittiba’ yang sebenarnya”.
Konsep At-Ta`lim
Defenisi Ta`lim
Ta’lim,secara bahasa berarti pengajaran (masdar dari
‘alama-yu’alimu-ta’liman), secara istilah berarti pengajaran yang bersifat
pemberian atau penyampian pengertian, pengetahuan dan ketrampilan. Menurut
Abdul Fattah Jalal, ta’limmerupakan proses pemberian pengatahuan, pemahaman,
pengertian, tanggung jawab, sehingga diri manusia itu menjadi suci atau bersih dari
segala kotoran sehingga siap menerima hikmah dan mampu mempelajari hal-hal yang
bermanfaat bagi dirinya ( ketrampilan). Mengacu pada definisi ini, ta’lim,
berarti adalah usaha terus menerus manusia sejak lahir hingga mati untuk menuju
dari posisi ‘tidak tahu’ ke posisi ‘tahu’.
”Sungguh Allah telah memberi karunia kepada
orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang rasul
dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah,
membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al
Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah
benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” (Q.S. Ali-Imran :164)
3 Konsep al-Tazkiyah
a. Defenisi
al-Tazkiyah
“Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul dari
golongan mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, menyucikan mereka
dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (As-Sunnah).Dan sesungguhnya
mereka sebelumnya dalam kesesatan yang nyata”. (Al-Jumu’ah: 2).
Secara
bahasa,tazkiyah annafsberasal dari
dua kata yakni tazkiyahdan nafs.
Tazkiyahberasal
dari kata zakka-yuzzaki-tazkiyah yang maknanya sama dengan tathir yang berasal
dari kata thahhara-yuthahhiru-tathir[ah] yang berarti pembersihan, penyucian
atau pemurnian. Sedangkan annafs adalah
kata yang multimakna (musytarak). Dalam sebagian kamus bahasa Arab kata
nafssering diterjemahkan dengan :
- Diri
- Jasad
- Jiwa, ruh
atau kalbu.
Bahkan nafs pun diartikan dengan darah. Sehingga wanita yang melahirkan
dikatakan sedang nifas.Artinya banyak mengeluarkan darah.
Secara istilah : nafs dikemukakan
Ibnu Abbas sebagaimana dikutip Ibnu Mazhur dalam kamus Lisanul Arab(7), bahwa
manusia memiliki dua nafs:
1) nafs al
a'ql (akal) yang dengan akal manusia mampu mengidentifikasi dan berpikir
2)nafs ar ruh yang dengan ruh ini manusia
hidup.
Jika kita memaknai kata nafs secara bahasa semata, maka akan melahirkan
perbedaan di dalam memahami konsep tazkiyah an nafs. Karena konsep yang dipahami berbeda, maka aksi yang dilakukan
dalam rangka tazkiyah an nafs pun berbeda-beda.